Selasa, 28 Mei 2013

ADAT DAN ISTIADAT DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki keberagaman suku,agama,ras,budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki lebih dari 300 suku bangsa. Dimana setiap suku bangsa memiliki adat istiadat yang berbeda- beda di dalam kehidupan bermasyarakat. Ketika terjadi pertentangan antar individu atau masyarakat yang berlatar belakang suku bangsa yang berbeda,mereka akan mengelompok menurut asal-usul daerah dan suku Itu menyebabkan pertentangan/ketidakseimbangan dalam suatu Negara (disintegrasi), apalagi dalam adat istiadat yang berbeda. Atas uraian-uraian tersebut kami membahas masalah tentang “Adat Istiadat dalam Kehidupan di Masyarakat serta cara Pengembangan maupun Pelestariannya”. Dalam hal ini kami ingin menjelaskan tentang adat istiadat dalam kehidupan di masyarakat tersebut serta menjelaskan beberapa cara pengembangan maupun pelestarian adat istiadat dalam suatu daerah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pesatnya pembangunan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, yang diiringi dengan persebaran nilai-nilai baru serta ilmu pengetahuan dan teknologi maju, menyebabkan nilai-nilai tradisi terdesak atau terdegradasi, tidak dipatuhi atau tidak dikembangkan lagi, baik oleh pendukungnya, maupun oleh orang lain di luar komunitas itu. Gejalan lain, ketika masyarakat pendukung tradisi patuh mendukungnya, namun ternyata mendapat tantangan dari luar, seperti tidak adanya pengakuan dan penghormatan terhadap tradisi lokal. Hal tersebut, tentunya akan memudahkan konflik sosial.
Agar hal itu tidak terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, maka penghayatan terhadap nilai-nilia budaya mutlak dilakukan, karena nilai-nilai tersebut menjadi ciri identitas masyarakat, yang berkaitan erat dengan otentisitas perilaku atau visi hidup masyarakat pendukung budaya lokal tersebut. Pentingnya memahami ‘nilai-nilai budaya’ sebagai energi sosial yang mendorong kreativitas dan inovasi masyarakat, akan membentuk kinerja politik, ekonomi, penegakan hukum, pendidikan dan sosial suatu bangsa ke arah yang lebih baik.

B.     Rumusan Masalah
a.       Apa saja permasalahan yang ditimbulkan dari adat istidat dalam kehidupan di  masyarakat ?
b.      Siapa sajakah yang berperan penting dalam pelestarian pengembangan adat istiadat. ?
c.       Mengapa Adat istiadat dan nilai social budaya berpengaruh dalam pembangunan masyarakat dan desa ?

C.    Tujuan Penulisan
a.       Menjelaskan pengertian adat istiadat dalam kehidupan di masyarakat!
b.      Mengetahui permasalahn yang ditimbulkan dari adat istiadat dalam kehidupan di masyarakat !
c.       Mengetahui cara mengatasi masalah yang ditumbulkan dari adat istiadat dalam kehidupan di masyarakat!
d.      Memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai adat istiadat kehidupan di masyarakat!



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Adat Istiadat dalam Kehidupan di Masyarakat
Adat istiadat adalah kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai, pola perilaku, norma-norma dan preferensi-preferensi yang mengatur tindakan kolektif yang diwariskan dari generasi satu ke generasi lain (Kamus Hukum & Glosarium Otonomi Daerah/Vera Jasini Putri.-Jakarta: FNS, 2003).
Adat istiadat (custom) secara harfiah berarti praktek–praktek berdasarkan kebiasaan, baik perorangan maupun kelompok (Machmud 2007:180). Adat istiadat adalah bentuk konvensional perilaku orang dalam situasi–situasi tertentu, yang mencakup: metode–metode kerja yang diterima, relasi timbal balik antara anggota dalam kehidupan setiap hari dan dalam keluarga; tatacara diplomatik, agama dan tindakan–tindakan yang mencerminkan ciri–ciri spesifik kehidupan suatu suku, kelas, masyarakat. Adat istiadat mempunyai kekuatan dari suatu kebiasaan sosial dan mempengaruhi perilaku seseorang sehingga secara moral dapat dievaluasi.
Adat adalah aturan dan perbuatan yang lazim dituruti atau dilakukan sejak dahulu kala (Kamus umum bahasa Indonesia). Timbulnya adat berawal dari usaha orang-orang dalam suatu masyarakat di daerah yang menginginkan terciptanya ketertiban di masyarakat. Adat istiadat adalah tata kelakuan yang kekal dan turun temurun dari generasi ke generasi sebagai warisan sehingga kuat hubungan dan penyatuannya dengan pola – pola perilaku masyarakat.
Adat Istiadat adalah aneka kelaziman dalam suatu nagari yang mengikuti pasang naik dan pasang surut situasi masyarakat. Kelaziman ini pada umumnya menyangkut pengejawatahan unjuk rasa seni budaya masyarakat, seperti acara-acara keramaian anak nagari, seperti pertunjukan randai, saluang, rabab, tari-tarian dan aneka kesenian yang dihubungkan dengan upacara perhelatan perkawinan, pengangkatan penghulu maupun untuk menghormati kedatangan tamu agung.
Jadi Adat istiadat dalam kehidupan masyarakat dapat diartikan sebagai berikut :
1.      Sekelompok orang yang hidup dengan tradisi dan budaya – budaya tertentu, adat istiadat yang sudah ada sebelumnya, yang tidak terpengaruhi oleh perubahan zaman karena mereka merasa cukup dengan kehidupan dan penghidupan yang mereka jalani secepat apapun evolusi kebudayaan pada masa tersebut.
2.      Masyarakat yang kehidupannya masih dipegang teguh oleh adat istiadat lama yang mereka miliki. Yang dimaksud adat istiadat disini adalah adanya suatu aturan baku mencangkup segala konsep budaya yang di dalamnya terdapat aturan terhadap tingkah laku dan perbuatan manusia dalam menjalani kehidupan.

B.     Permasalahan Yang Ditimbulkan
Posisi adat-istiadat yang selama ini menjadi pedoman dalam pengatur tata kelakuan manusia telah diambil alih posisinya oleh sistem nilai yang baru. Sedangkan struktur masyarakat adat telah pula cenderung berubah menuju masyarakat moderen. Perubahan ini ditandai dengan timbulnya kenyataan-kenyataan dalam kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut:
1.      Sistem nilai budaya atau adat istiadat lokal yang selama ini mengatur tata kelakuan hidup manusia telah kehilangan legitimasinya sehingga posisi adat-istiadat telah diganti oleh hukum positif dan politik yang dikendalikan negara.
2.      Nilai-nilai kepercayaan yang bersumber dari agama mulai luntur dan posisinya telah diganti oleh nilai-nilai ilmu pengetahuan yang sekuler
3.      Di dalam masyarakat telah mulai luntur nilai gotong-royong dan diganti dengan nilai individualistis yang mengancam akhlak manusia.
4.      Adanya rasa malu dalam diri masyarakat untuk  mengembangkan adat-istiadat yang menjadi    pedoman masyarakat selama ini
C.    Mengatasi Masalah Yang Ditimbulkan
Munculnya 4(empat) masalah tersebut di atas menandaskan kepada kita untuk membentuk gerakan kembali ke adat. Bahwa Gerakan Kembali ke Adat adalah gerakan moral yang berisi cita-cita moral agar segenap komponen masyarakat dapat melestarikan nilai budaya (adat-istiadat) masyarakat yang bernilai tinggi. Sehingga dampak negatif dari perubahan dan globalisasi tidak mengikis habis bangunan moral masyarakat lokal. Paling tidak, gerakan ini akan memperingatkan kepada kita untuk tetap memelihara unsur-unsur budaya dan adat istiadat masyarakat lokal supaya terhindar dari kepunahan. Oleh karena itu, Gerakan Kembali ke Adat sebenarnya juga berisikan cita-cita moral sebagai berikut:
1.      Mencegah kepunahan adat-istiadat.
2.      Mempertahankan adat-istiadat yang bernilai luhur serta mendukung terwujudnya ketertiban, kerukunan, kedamaian, kesetiakawanan dan kesejahteraan sosial masyarakat.
3.      Mendukung (tidak anti) proses perubahan dalam masyarakat.

D.    Pelestarian Dan Pengembangan Adat Istiadat
Pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan nilai sosial budaya masyarakat dibangun dengan mengkedepankan tiga pilar utama yaitu pilar pengembangan ekonomi masyarakat, pilar pelestarian dan pilar kemandrian masyarakat.
Pilar pertama menyangkut aspek nilai guna adat istiadat bagi tumbuh kembangnya ekonomi masyarakat untuk menjawab tantangan pemenuhan kebutuhan ekonomi. Pilar yang kedua menyangkut aspek kebertahanan identitas sosial budaya masyarakat yang menyokong pada integrasi nasional. Pilar ketiga berkaitan dengan kemampuan masyarakat melaksanakan pengorganisasian potensi adat istiadat dan nilai sosial budaya secara otonom, mandiri dan profesional.
Potensi dan aset adat istadat dan nilai budaya masyarakat sangat besar, namun belum didayagunakan secara optimal. Khususnya dalam memberi fundamen ke arah peningkatan ekonomi masyarakat secara nyata. Dengan demikian, pemberdayaan kelompok masyarakat adat adalah hal penting guna menopang kehidupan masyarakat khususnya pengembang adat istiadat dan nilai budaya setempat.
E.     Peran Pemerintah Dalam Usaha Pengembangan Dan Pelestarian Adat Istiadat
1.      Membantu masyarakat dalam kelancaran dan pelaksanaan pembangunan di segala bidang terutama dalam bidang keagamaan, kebudayaan dan kemasyarakatan.
2.      Mengawasi pelaksanaan hukum adat dan istiadat dalam desanya
3.      Membantu Membina dan mengembangkan nilai-nilai adat dalam rangka memperkaya, melestarikan dan mengembangkan kebudayaan nasional
4.      Ikut serta Menjaga, memelihara dan memanfaatkan kekayaan desa adat untuk kesejahteraan masyarakat desa adat
5.      Mengangkat kembali moral bangsa agar masyarakat dapat mencintai adat istiadat yang ada di negeri ini.

F.     Tujuan Dari Upaya Pelestarian Dan Pengembangan Adat Istiadat
Upaya pelestarian dan pengembangan dimaksudkan untuk memperkokoh jati diri individu dan masyarakat dalam mendukung kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Tujuannya mendukung pengembangan budaya nasional dalam mencapai kualitas ketahanan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
G.    Beberapa Istilah Dalam Upaya Pelestarian Dan Pengembangan Adat Istiadat
1.      Revitalisasasi adalah dihidupkan lagi dan didorong agar tumbuh dan berkembang
2.      Reaktualisasi adalah dihidupkan kembali dengan ‘miindung ka waktu mibapa ka jaman
3.      Revisi adalah disesuaikan dari tujuan semula
4.      Restrukturisasi adalah dimodifikasi agar sesuai dengan jamannya
5.      Fill In adalah diisi dengan nilai-nilai baru
6.      Inovasi adalah adanya kreativitas budayawan agar lebih menarik
7.      Kreasi adalah membuat kreasi baru yang sesuai dengan daerahnya
8.      Delete adalah adanya penghapusan nilai-nilai yang tidak sesuai.

H.    Contoh Pelestarian Dan Pengembangan Adat Istiadat Di Suatu Daerah
1.      Revitalisasi; Lumbung Mini Masyarakat
Budaya Jimpitan; jimpitan merupakan salah satu bentuk gotong royong masyarakat pedesaan. Tradisi beras jimpitan atau lumbung mini mungkin kini hampir tidak pernah terdengar lagi. Padahal, tradisi beras jimpitan ini memiliki multi fungsi bagi ketahanan pangan keluarga sekaligus bisa menjadi ketahanan ekonomi bagi bangsa. Kearifan lokal yang dimiliki bangsa ini memang paling tidak mengajarkan spirit menabung dalam artian tidak menabung uang, melainkan menyisihkan sejumput beras untuk ditabung guna keperluan keluarga, kelompok dan komunitas suatu masyarakat menjaga ketahanan pangannya.
2.      Revisi Ungkapan Sunda
Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang sangat menjujung tinggi sopan santun. Pada umumnya karakter masyarakat Sunda; ramah tamah (someah), murah senyum, lemah lembut, dan sangat menghormati orang tua. Jika dilihat dari filosofinya, “Someah hade ka semah” merupakan local wisdom dari tatar Sunda. Ini berarti bahwa urang Sunda harus ramah pada tetamunya. Agar tidak “Jati kasilih ku junti”, maka “Someah hade ka semah” diterapkan kepada semah nu hade (pendatang yang berperilaku baik); “Someah hade ka semah anu hade”.
3.      Inovasi Wayang Golek
Asep Sunandar Sunarya mengkombinasikan wayangnya berdasarkan aspek sandiwara dan remediasi. Juga menirukan gerakan-gerakan kartun amerika dan film silat dari Hongkong. Begitu pula dalam iringan musiknya, banyak menampilkan berbagai unsur musik diantaranya dangdut. Gaya inovatif Asep dianggap revolusi wayang pada tahun 1980-an dan merupakan kebangkitan wayang. Selain inovasi gerakan dan musik wayang, Asep terkenal dengan kreativitasnya terhadap tokoh cepot.
4.      Penghapusan Nilai Yang Tidak Sesuai
Sebuah tawaran terhadap babasan “Awewe dulang tinande” (awewe mah biasana kumaha kahayang lalaki). Ungkapan tersebut Tidak aktual lagi bila dikaitkan dengan gerakan emansipasi wanita dan feminisme.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Permasalahn yang biasa muncul dalam suatu adat istiadat untuk saat ini lebih cenderung ke masyarakat yang mulai tidak peduli ataupun mulai meninggalkan adat istiadat mereka karena arus moderenisasi . Adat istiadat itu kini sudah luntur tidak seperti dulu lagi , oleh karena itu kita harus berusaha untuk melestarikan serta mengembangkan kembali adat istiadat yang telah luntur itu . Dalam usaha untuk pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan nilai sosial budaya masyarakat , masyarakat juga harus berperan penting dalam hal ini untuk menjadikan suatu daerah lebih baik, lebih sejahtera kehidupannya.
Selain masyarakat pemerintah juga harus berperan dalam hal ini untuk membantu membina dan mengembangkan nilai nilai adat dalam rangka memperkaya ,melestarikan  dan mengembangkan kebudayaan nasional. Adat istiadat dan nilai social budaya dapat mempengaruhi masyarakat karena adat istiadat dan nilai social budaya merupakan salah satu modal social yang bila didayagunakan dengan optimal dapat meningkatkan ekonomi masyarakat secara nyata .
Dengan terjadinya transformasi sosial budaya akibat derasnya globalisasi, diperlukan adanya pemaknaan terhadap nilai dan pesan-pesan moral yang terkandung dalam keseluruhan budaya. Nilai-nilai budaya, tidak dapat diragukan lagi dapat berpengaruh besar terhadap kehidupan aktivitas masyarakat.
B.     Saran
Pemerintah dan masyarakat harus tetap bekerja sama dengan niat yang baik untuk pelestarian pengembangan adat istiadat dan nilai social budaya masyarakat . Dan sangat diharapkan bagi masyarakat agar dapat terus bersosialisasi dengan baik sesama masyarakat agar dapat mengurangi timbulnya masalah adat istiadat dalam kehidupan bermasyarakat.

Dengan terjadinya transformasi sosial budaya akibat derasnya globalisasi, diperlukan adanya pemaknaan terhadap nilai dan pesan-pesan moral yang terkandung dalam keseluruhan budaya. Nilai-nilai budaya, tidak dapat diragukan lagi dapat berpengaruh besar terhadap kehidupan aktivitas masyarakat.

Senin, 27 Mei 2013

KATA KATA CINTA

1.    Aku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataan. Saat diriku dalam siksaan cinta, dirimu melenggang pergi tanpa pernah memikirkanku.
2.    Buat apa berlari dalam kelam? Sedang kabut pun tak mau menyibak. Biarlah semuanya berlalu, mimpi pun aku tak inginkan. Meskipun rindu ini tercipta untukmu.
3.    Saat bertemu, aku tak peduli. Saat kau pergi, aku selalu menantimu. Apakah ini namanya cinta?
4.    Kau datang disaat keegoisan akan cinta tengah mendera. Membawa cahaya dan kedamaian, membuatku tidak mudah menyerah untuk merengkuh kisah cinta bersamamu.
5.    Dalam hati aku menanti, kuserahkan hati sebagai tanda ketulusan cinta.
6.    Meski adakah cinta yang tulus setelah sekian lama lelah mencari. Kapankah perjalanan ini kan berakhir?
7.    Penderitaanku adalah bayangan gelap bagi dirimu, saat kesetiaan menjadi alasan untuk mencampakanku! Aku takkan lari dari cintamu yang selalu memasungku.
8.    Sesuatu yang terbesar dalam hidup ialah mengampuni orang yang menyakiti kita dan tetap mengasihinya.
9.    Jangan pernah berkata selamat tinggal jika masih ingin mencoba. Jangan pernah menyerah selama merasa masih dapat maju. Jangan pernah berkata ya bila tidak menyukainya.
10. Untuk apa bicara cinta, jika hatimu tak terbuka. Untuk apa bicara cinta, jika matamu tak bercahaya. Untuk apa bicara cinta, jika hanya membuatmu menderita. Bagiku, dirimu adalah sang cinta
11. Apakah arti cinta jika tidak saling mengerti satu sama lain. Jika keegoisan yang muncul, itu bukanlah cinta.
12. Kamu seorang interior desainer ya??Abiz, pas kamu masuk, ruangan ini jadi kelihatan lebih indah sih..
13. Tuhan ... jika boleh aku meminta, kuingin dialah sang belahan jiwaku kelak, penyempurna agama dan ibadahku, saling melengkapi apa yang belum lengkap saat ini.
14. Jika cinta adalah sebuah pengorbanan, maka perasaanlah yang harus dikorbankan. Dan untukmu aku rela korbankan semuanya hanya untuk melihatmu tersenyum bahagia


KATA KATA MOTIVASI

1.         Berusaha untuk selalu berfikir positif dan optimis dalam semua kesulitan. Jangan terobsesi pada pengalaman masa lalu atau masa depan, tapi tataplah masa kini. Masa lalu sudah lewat, tak akan kembali lagi, masa depan itu belum terjadi jadi kita tak tahu apa yang terjadi dan akhirnya hanya berangan berharap sesuatu, tapi di masa kinilah, kita harus menentukan dan membuat keputusan terhadap diri kita. 
2.       Berfikir positif dan optimis terlihat seperti kalimat puisi yang sepele, tapi sdarilah ini sangat penting dalam peran anda mengambil keputusan yang akan menentukan kesuksesan atau kehancuran
3.       Bercerminlah dari kesalahan orang lain, selain dari kesalahan diri kita sendiri,bercermin pada kesalahan diri sendiri supaya tidak terjatuh pada lubang yang sama, dan dengan bercermin dari kesalahan orang, maka akan lebih memacu kita agar kesalahan itu tidak menimpa kita.
4.        Jujurlah meskipun kejujuran itu membawa kita ke neraka. 
5.       Tidak akan keadilan bisa ditegakkan selama kita masih acuh terhadap hukum yang ada dan mementingkan kepentingan pribadi. 
6.       Jika kamu mencintai seseorang, cintailah dia apa adanya, bukan karena kamu ingin dia menjadi seperti yang kamu inginkan, karena sesungguhnya kamu hanya mencintai cerminan diri kamu pada dirinya. 
7.        Bermimpilah akan sesuatu dan jadikanlah mimpimu itu kenyataan, sesungguhnya tak akan ada dunia ini jika tak ada yang bermimpi 
8.       Jika kamu gagal mendapatkan sesuatu, hanya satu hal yang harus kamu lakukan, coba lagi!
9.       Janganlah kamu mencintai seseorang karena paras/wajahnya, hartanya dan jabatannya, tapi cintai karena kebaikan dan ketulusan hatinya karena diantara itu semua, hanya kebaikan dan ketulusan hatinya yang tetap abadi. 
10.      Jangan berusaha/mengerjakan sesuatu dengan setengah hati, karena hasil yang kamu dapat juga hanya setengahnya. 
11.        Jangan lelah untuk mencari ilmu karena segala sesuatu di dunia ini perlu ilmu, jika tak ada ilmu maka kita sama saja dengan orang mati, tak akan bisa berbuat apa-apa.
12.      Datangilah sahabatmu di saat dia susah dan lenyaplah di saat dia bahagia, karena sesungguhnya kamulah yang akan diingat di saat dia sedang susah di saat kamu membantunya 
13.      Sesungguhnya di saat kesusahan teman, satu senyum yang tulus lebih berharga daripada sejuta kata yang tiada guna.
14.      Sesungguhnya masih banyak orang di dunia yang lebih susah dari kita, maka hentikanlah segala keluhan kita dan bersyukur terhadap apa yang kita punya. 
15.      Hargai dan hormati orang lain jika kita ingin dihormati dan dihargai orang lain, serta hormati dan hargai diri sendiri terlebih dulu baru kita bisa menghargai dan menghormati orang lain. 
16.      Syukurilah apa yang kamu dapat karena belum tentu kamu bisa mendapat lagi apa yang telah kamu dapat. 
17.      Satu harta yang sangat berharga yang jarang dimiliki orang masa kini, itulah kejujuran. 
18.      Hakekat semua manusia mempunyai derajat yang sama, kita tak perlu membedakannya karena akibatnya akan membuat diri kita juga rendah. 
19.      Ketika diri kita merasa telah dikhianati dan dikecewakan, berdoalah agar suatu saat kau tak akan mengkhianati dan mengecewakan, karena kamu juga telah merasakan betapa sakitnya dikhianati dan dikecewakan. 


Sabtu, 25 Mei 2013

Cerita Rakyat Asal Usul Terjadinya Bukit Si Guntang di Jambi

Gunung Merapi di Sumatera Barat, Bukit si Guntang di Jambi, dan Bukit si Guntang-guntang di Palembang, ketiganya mempunyai sejarah asal-usul yang sama. Pada zaman dahulu tersebutlah sebuah kerajaan yang bernama Selado Sumai. Negeri itu diperintah oleh seorang raja yang arif lagi bijaksana. Raja Negeri itu ada mempunyai sebuah pedang pusaka yang diturunkan secara turun-temurun, tapi sayang senjata tersebut tiba-tiba hilang tanpa diketahui ke mana perginya. Kalau di curi orang siapa yang mencurinya. Ke daerah mana dilarikan. Periswtiwa ini sangat mengharubirukan sang raja.
Pedang pusaka yang keramat serta bertuah itu bernama Pedang Surik meriang sakti sumbing sembilan puluh sembilan. Raja telah bertekad agar pusaka yang hilang itu harus ditemukan segera. Maka untuk menemukan kembali pedang pusaka itu, dipanggilah seorang hulubalang kerajaan yang amat terkenal bernama Datuk Baju Merah Berbulu Kerongkongan. Disebut Datuk Baju Merah, karena setiap kali turut berperang bajunya selalu merah oleh darah. Dan disebut berbulu Kerongkongan, karena ketika dilahirkan kerongkongannya ditumbuhi bulu. Kewpada beliau inilah raja mempercayakan untuk mencari pedang pusaka yang hilang itu.
Ketika Datuk Baju Merah Berbulu Kerongkongan mendapat tugas ini beliau menerimanya dengan senang hati tanpa membantah sedikit juapun. Sebagi hulubalang kerajaan, beliau tahu benar dengan tugasnya. Maka pergilah beliau masuk hutan mencari pedang pusaka yang hilang itu. Belau tanpa takut sedikit juapun bertualang sampai ke sebuah goa. Diputuskannyalah untuk memasuki goa itu. Goa itu nampak sangat gelap. Datuk Baju Merah Berbulu Kerongkongan melangkahi satu-satu dengan pasti menyusup berpegangan kepada dinding goa yang keras dan dingin. kalau semenjak tadi goa itu gelap, tidak demikian halnya pada bagian dalam. Di bagian sebelah ke ujung goa itu namapak terang sekali, rupanya, dibagian itu ada lobang disebelah atas. Melalui lobang itu cahaya matahari bebas menerpa dasar goa. Sesampai disana Datuk Baju Merah Berbulu Kerongkongan amat terkejut di sebuah batu yang tampak dilihatnya seorang tua sedang duduk bertapa, mulut orang tua bertapa itu nampak komat-kamit mengucapkan sesuatu. Di haribaannya terlintang, sebuah pedang. Datuk Baju Merah Berbulu Kerongkongan nanar memeperhatikan benda tersebut. Menurut hematnya itulah pedang Surik meriang, sakit sumbing sembilan puluh sembilan yang hilang dari kerajaan Selado Sumai yang sedang dicarinya. Setelah menunggu beberapa saat berserulah, beliau menyapa orang asing yang sedang bertapa itu. Ooi, Datuk yang sedang bertapa! Siapa gerangan Datuk Sebenarnya, dari negeri mana Datuk datang.
Mendengar ada suara manusia petapa itu dengan suatu gerakan menoleh kearah datangnya suara itu. Dari sikapnya ia tidak merasa takut sedikitpun mendengar sapaan yang tiba-tiba itu. Dengan suara keras ia menghardik. “Tutup mulutmu jangan banyak omong takkan engkau ketahui bahwa aku sedang bertapa? Ketahuilah olehmu bahwa akulah yang bernama Panglimo Tahan Takik, berasal dari Ranah Pagaruyung. Siapa engkau gerangan yang selancang ini. Ada keperluan apa makanya engakau sampai kemari.”
“Hamba? hamba bernama Datuk Baju Merah Berbulu Kerongkongan, hulubalang kerajaan selado sumai. Maksud hamba datang ke mari hendak mencari pedang pusaka negeri Selado Sumai yang hilang. Pedang itu bernama pedang surik meriang sakti sumbing sembilan puluh sembilan. Kalau hamba tak salah lihat, pedang pusaka itu ada di haribaan Datuk Panglimo!
“Kurang ajar!” raung panglimo Tahan Takik. Ia pun lalau tegak dan langsung menyerang Datuk Baju Merah Berbulu Kerongkong. Perkelahian sudah tak dapat dihindarkan lagi. Mula-mula saling tendang-menendang, kemudian. Saling hempas-menghempas. Bunyi pekik dan raung bersipongganga melantun-lantun di diniding goa. Binatang-binatang yang ada, disekitar goa itu bertemperasan lari. Mana yang berdiam di atas pohon beerloncatan ketakutan, daun-dau kayu berguguran kena terjang binatang yang berlompat-lompatan. perkelahian makin seru, tanpa ada tanda-tanda yang kalah dan yang menang. Kedua, manusia itu namapak seimbang. sama-sama sakti dan bertuah. Dinding goa pecah-pecah kena sepak dan kena hempasan tangan kedua jagoan itu.
Bila malam telah datang mereka saling menghentikan perekelahian untuk sama-sama beristirahat. Istirahat semalam suntuk cukup untuk memulihkan kekuatan. Esoknya matahari mulai bersinar lagi. Perkelahian pun dilanjutkan makin dahsyat. Gerakan mereka berpindah-pindah dari tempat yang terang ke tempat yang gelap. Terkam-menerkam, hempas-menghempas. Melompat, berpalun bertumbukan. Tak Jarang buku tangan kedua dubalang itu beradu, berdetak, menggelegar, menerbitkan api. Dindidng goa makin banyak yang runtuh.. Untunglah kemduaian malam datang pula memperhatikan perkelahian yang mengerikan itu.
Kokok ayam Derogo telah lama berhenti. Kicau murai dan cicit burung kecil-kecil mulai terdengar. Matahari musim kemarau mulaimemanasi daun-daun kayu. kedua dubalang itu mulai, bersiap-siap tanap mengeluarkan sepatah katapun. Maka mereka bersinar marah saling mengawasi gerak lawan. inilah hari yang keenam mereka berkelahi. Tubuh kedua pendekar itu nampak bergulung-gulung hempas-menghempas. Sebentar-sebentar terdengar suara pekikan, bersipngan terpantul-pnatul di anatar kedua sisi dinding goa. Batu pecahan dinding goa makin bertambah banyak berguguran. Perkelahian ini, memang semakin tinggi dan hebat. Tapi sungguh sangat menarik belum ada tanda-tanda yang akan kalah dan yang akan menang. Matahari telah pula tergelincir di ufuk barat. Malam telah tiba, kedua dubalang itu sama-sama menghentikan gerakan dan saling menjauhkan diri, mundur dan beristirahat. Datuk Baju Merah bergegas keluar goa agaknya mencari dedaunan untuk dimakannya. Datuk Tahan Takik demikaina pula keluar mencari apa-apa yang dapat dimakannya. Tak obahnya kedua orang itu bagaikan musang raksasaa yang mencari makan di wkatu malam hari. Setelah perut mereka kenyang mereka sama-sama beristirahat dan melepaskan mata.
Matahari pagi telah tiba, mengawali hari ketujuh dlama mengikuti perkelahian antara kedud pendekar yang tangguh di dalam sebuah goa ditengah rimba raya negeri Selado Sumai. Pada yang ketujuh ini tempat elah berpindah kbagian luar. Perkelahian sudah semakin hebat. Pohon-pohon kayu banyak yang tumbang. Permukaan tanah bagaikan tercukur terinjak, kaki dan himpitan tanah keuda pendekar yang berkelahi mati-matian itu.
Entah salah dalam melangkah, entah nasib lagi sial, dapatlah Datuk Baju Merah Bebulu Kerongkongan menangkap kaki Panglimo Tahan Takik yang segera menghmpaskannya ke banir kayu. Pada saat tubuh Panglomo Tahan Takik terhempas itu, pedang surik meriang sakti sumbing sembilan puluh sembilan terlepas dari pengangannya dan terpental keudara.
Melihat ini segera Datuk Baju Merah B erbulu Kerongkongan melepaskan kaki Panglimo Tahan TAkik dan tubuhnya membumbung ke udara mengikuti arah pedang dan lalu menangkapnya. Ketika kakinya menjejak tanah, tanpa buang waktu larilah Datuk Baju merah Berbulu Kerongkongan membawa pedang pusaka yang tergenggam ditangannya.
Datuk Panglimo Tahan Tekik sadar bahwa pedang yang mereka perebutkan telah berhasil diambil lawannya, segera berdiri dan mengejar Datuk Baju Merah Berbulu kerongkongan. kedua pendekar itu berkeja-kejaran sejadi-jadinya. Penghuni rimba, binatang besar kecil, berlarian pontang-panting ketakutan.
Sudah tujuh lurah tujuh pematng yang mereka lalui, akhirnya sampailah ke sebuah tanah lapang yang maha luas. Sesayup-sayup mata memandang rumput hijau papak belaka. Di atas padang datar itulah kedua pendekar masih saling kejar-mengejar. Namun tiba-tiba mereka berhenti, dimuka mereka nampak seekor ular besar sedang menghadap siap menelan barang siapa yang berani mendekat.
Melihat hal ini kedua pendekar yang bermusuhan itu saling mendekat penuhg pengertian. mereka mulai mengadakn perundingian. “Di depan kita melintang ular besar yang akan mellur kita, Datuk Panglimo, “kata Datuk Baju Merah Berbulu Kerongkongan. “Menurut hemat hamba, barang siapa yang sanggup membunuh ulr itu, dialah yang berhak memiliki pedang surik meriang sakti sumbing sembilan puluh sembilan ini. Setujukah Datuk penglimo?
“Kalau demikian ujudnya, “jawab Datuk Panglimo tahan Takik gembira, “hamba setuju sekali.”
Selesai berucap demikian Datuk Panglimo Tahan Takik lalu menghunus, keris. Panjangnya bergegas menuju ke tempat ular besar telah siap pula menunggunya. sesampai disana ditikamnyalah ular besar tersebut sekuat-kuatnya. Begitu ujung keris Datuk Panglimo mencecah di kulti ular, terdengar bunyi berdencing keras memekakkan telinga. Keris tersebut terpental. Pangkal ketiak Datuk Panglimo merasa kesemutan. Dilihatnya keris panjang itu bengkok sepuluh, sedang kulit ular itu sendiri tidak cedera sedikit juapun.
Datuk Panglimo merasa sangat kesal. Di pihak lain, terdengar gelak mengkkak Datu Baju Berahg Berbulu Kerongkongan mengejek lawannya. Datuk Panglimo tentu saja sangat marah dibuatnya. Keringatnya membasahi muka dan sekujur tubuhnya, matanya mendelik menengadah ke awang-awang. Ia pun mencabut keris pendek yang tersisip di puinggangnya. Diugasaknya menikamkan senjata tersebut kebadan ular besar yang mengerikan itu.
“Terimalaha tikaman mautku ini ular keparat! terdengar raung Datuk Panglimo seraya menghujamkan kerisnya kuat-kuat. Ya Tuhan ular tadi tidak juga cidera sedikit pun.
Melihat temannya tidak mampu membunuh ular besar yang melintang dan menghalangi perjalanan mereka, Datuk Baju Merah Berbulu Kerongkongan berdiri dalam, sikap seorang dubalang. Sebentar matanya melirik kepada pedang surik meriang sakti yang dipegangnya. Ia melangkah lambat-lambat secara menyakinkan. Sambil melangkah itu ia Mengucapkan kata sakti dan himbauan.
“Kalau benar engkau pedang surik meriang sakti sumbing sembilan puluh sembilan, pusaka Kerajaan Selado Sumai, Sobeklah olehmu kulit ular itu dan putuskan urat-urat nadinya. Selesai berucap yang demikian dicabutnyalah pedang tersebut. Tentu saja ia berhajat untuk segera menetak badan ular itu. Tiba-tiba keluar cahaya seperti kilat dari senjata pusaka milik negeri Selado Sumai, serentak dengan itu dihunjamkannyalah senjata itu sekuat-kuatnya.
Terpungkus dan potongan tiga badan ular besar tersebut melihatr kenyataan ini, Datuk Panglimo Tahan Takik sangat marah. Ia melompat kesamping, serentak dengan itu ditendangnya kepala ular itu sekuat-kuatnya. Kepala ular itu terlempar ke udara bersiutan dan jatuh di Ranah Minang kabau, yang lama-kelamaan menjadi gunung Merapi seperti yang ada sekarang. Ekornya diangkatnya menjadi tangan lalu dilemparkannnya jatuh kenegeri Pelembang menjadi Bukit Siguntang-guntang. Sedang perutnya, bagian tangah dibiarkan saja tertinggal di Jambi di daerah Sumai menjadi Bukit Si Guntang. Itulah sejarah asal-usul terjadinya Bukit Siguntang.


"SABAI NAN ALUIH" (CERITA RAKYAT SUMATRA BARAT)


Seiring Balam Jo Merbah

Merbah Bersarang Dirumpuan Buluah

Seiring Salam Nan Jo Sembah

Sembah Disusun Nan Jo Jari Sepuluah

 

SUMBER: SLAMET PRIYADI


Pada waktu dulu Di hilir sungai Batang Agam di daerah Padang Tarok yang airnya jernih, berdiri sebuah rumah bergojong (berujung) empat. Rumah tersebut dihuni oleh sepasang suami istri bernama Rajo Babanding dan Sadun Saribai. Mereka mempunyai dua orang anak, laki-laki dan perempuan, Mangkutak Alam dan Sabai nan Aluih.
Mangkutak Alam berwajah tampan, selalu dimanjakan oleh ayahnya ke mana pun pergi ia selalu diajaknya dan merupakan anak kebanggaan. Wataknya sedikit penakut. Sedangkan kakaknya Sabai nan Aluih berwajah cantik, lembut, rajin dan sering membantu ibunya. Waktu luang dimanfaatkan untuk membuat renda dan menenun. Kecantikan Sabai nan Aluih ini bahkan didengar sampai ke kampung-kampung lain di daerah Padang Tarok.
Suatu ketika Rajo nan Panjang seorang saudagar kaya yang baru kembali dari rantau, orang yang disegani di kampong Situjuh berkeinginan untuk menyunting Sabai nan Aluih. Maka dikirimlah anak buahnya sebagai utusan untuk melamar Sabai. Rajo Babanding orang tua Sabai menolak lamaran ini karena dia tahu, Rajo nan Panjang berusia sebaya dengannya, juga bersifat sombong, mata keranjang dan selalu membanggakan akan kekayaan dan harta bendanya.
Aku Katakan pada majikanmu, bahwa aku menolak lamarannya, pula Sabai belum mau berumah tangga! Aku Berkata Rajo Babanding kepada utusan Rajo nan Panjang.
Rajo nan Panjang yang berwatak keras merasa tersinggung atas penolakan ini. Beberapa hari kemudian ia sendiri yang datang ke rumah Rajo Babanding untuk melamar Sabai nan Aluih tetapi tetap ditolak dengan alasan Sabai nan Aluih belum mau berumah tangga. Mendengar langsung penolakan ini, Rajo nan Panjang pun menantang berkelahi kepada Rajo Babanding.
Aku Rajo Babanding, kau telah menolak lamaranku untuk menyunting putrimu Sabai. Itu arinya kau menghinaku dan sebagai orang yang disegani di kampong Situjuh, aku tak terima ini dan engkau akan menerima akibatnya. Aku Ancam Rajo nan Panjang sambil menunjukkan tangannya ke arah muka Rajo Babanding.
Mendengar ancaman ini Rajo Babanding sedikit pun tak merasa takut. Ia pun balik menantang Rajo nan Panjang, Kau kira aku takut dengan segala bentuk ancamanmu itu! Baik, sekarang mari kita bertanding,
Baik, kapan?
Aku jawab Rajo nan Panjang.
Bagaimana kalau hari minggu, di Padang Panahunan!
Mendengar pertengkaran ini, Sabai nan Aluih yang berada di balik pintu, hatinya merasa gusar. Ia takut kalau mimpi yang dialaminya selama ini akan menjadi kenyataan. Ia bermimpi, lumbung padinya terbakar jadi arang, kerbau-kerbaunya yang berada di kandang dicuri orang, dan ayam aduannya disambar elang. Segera ia pun mengutarakan mimpinya itu kepada ayahnya.
Anakku Sabai, mimpimu itu berarti baik. Lumbung terbakar berarti padi akan segera dipanen, kerbau dicuri orang berarti ternak kita akan bertambah, ayam disambar elang itu artinya Mangkutak Alam akan dilamar orang.” Demikian jawab Rajo Babanding sambil mengelus rambut putrinya itu dengan maksud untuk menenangkan pikiran gusar Sabai nan Aluih.
Pada hari yang telah disepakati, pergilah Rajo Babanding ke Padang Panahunan, sebuah tempat sunyi biasa dipakai sebagai tempat adu kesaktian. Rajo Babanding mengajak seorang pembantu setianya bernama Palimo Parang Tagok. Ini dilalukannya bukan untuk membantunya bertanding, tetapi untuk berjaga-jaga apabila Rajo nan Panjang berbuat curang.
Di Padang Panahunan, Rajo nan Panjang sudah berada di sana terlebih dahulu bersama para pengawalnya. Rajo nan Kongkong, Lompong Bertuah, dan Panglimo Banda Dalam.
Hai pengawalku, kuperingatkan kepadamu. Jangan sekali-kali memandang remeh Rajo Babanding. Meskipun ia Nampak lembut, ia cukup mahir dalam bermain silat dan hatinya tegar sekeras batu karang, berhati-hatilah! Tugas Rajo nan Panjang kepada ketiga pengawalnya.
Setelah kedua belah pihak saling berdekatan, pertarungan pun tak terelakkan lagi, merekapun saling menyerang. Palimo Banda Dalam tersungkur terkena tendangan Palimo Parang Tagok. Lampong bertuah menyerang untuk membela temannya dengan menikam Palimo Parang Tagok dari belakang. Melihat ini Rajo Babanding menjadi marah. Jika semula dia hanya bertahan, kini dia mulai menyerang. Rajo nan Panjang terluka lalu terjatuh dalam lukanya yang parah ia berkata kepada pengawalnya, Nan Kongkong, Kenapa kau diam saja? Segera tembakkan senapanmu! Mendengar perintah ini Nan Kongkong yang berada dibalik semak-semak segera mengarahkan senapannya kearah Rajo Babanding. Bunyi letusan senapanpun berdentam dari balik semak-semak, dor...dor..dor... ! Rajo Babanding pun terjatuh ke tanah berlumur darah.
Sementara di tempat lain seorang gembala ternak yang menyaksikan pertarungan tersebut dan melihat Rajo Babanding terluka parah tertembak senapan Nan Kongkong, segera menyampaikan kejadian ini kepada Sabai nan Aluih. Mendengar berita ini, Sabai sangat terkejut. Ternyata mimpinya menjadi kenyataan. Pada saat itu Mangkutak Alam adik Sabai datang. Kata Sabai, “Hai, Mangkutak. Mari kita ke Padang Panahunan, ayah kita terluka parah dan sudah meninggal karena tertembak senapan di dadanya.aku berkata Sabai kepada adiknya Mangkutak Alam.
Oh, kak. Aku tak mau ikut, aku sungguh takut mati. Bukankah aku akan segera menikah.? Jawab Mangkutak tidak perduli sama sekali dengan keadaan ayahnya.
Percuma kau menjadi laki-laki. Kau sungguh pengecut! Bentak Sabai kepada adiknya sambil mengambil senapan di dalam kamar ayahnya. Kemudian iapun berlari ke Padang Panahunan untuk membalas kematian ayahnya yang terbunuh oleh Nan Kongkong pengawal Rajo nan Panjang. Mangkutak Alam hanya menatap saja, diam seribu bahasa memandang kepergian Sabai kakaknya.
Di tengah-tengah perjalanan di kaki bukit ilalang, Sabai berpapasan dengan Rajo nan Panjang dan pengawalnya.
ha...ha...ha... Sabai! Kebetulan sekali. Aku ingin menjemputmu untuk aku lamar. Ternyata engkau dating sendiri! kata Rajo nan Panjang.
Hai, tua bangka yang tak tahu malu. Kau telah membunuh ayahku dengan cara pengecut! Dasar bedebah!
Lancang sekali mulutmu, Sabai. Kau akan menyesal seperti ayahmu nanti! Mati tertembak senapan ini! sambil menepuk-nepuk senapan di tangannya. Oh... jadi kau telah membunuh ayahku yang tidak bersenjata itu. Sungguh kau manusia bedebah. Padahal ayahku tidak bersenjata, kau sungguh licik! sambil mengarahkan senapannya ke wajah laki-laki itu. Dan bunyi senapan Sabaipun berdentam beberapa kali membuat tubuh laki-laki sombong, mata keranjang terjerambab ke tanah. Tewas seketika. Para pengawal Rajo nan Panjang setelah melihat majikannya tewas hanya terperangah. Beberapa saat kemudian Nan Kongkong mengajak temannya pergi sambil berucap, Untuk apa membela orang yang sudah mati. Orang mati tentu tak bisa membayar kita.


ASAL USUL RUMAH ADAT JAMBI



A.    Kajang Lako Rumah Orang Batin (Jambi)
Identitas Rumah Adat Orang Batin adalah salah satu suku bangsa yang ada di Provinsi Jambi. Sampai sekarang orang Batin masih mempertahankan adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka, bahkan peninggalan bangunan tua pun masih bisa dinikmati keindahannya dan masih dipergunakan hingga kini.
Konon kabarnya orang Batin berasal dari 60 tumbi (keluarga) yang pindah dari Koto Rayo. Ke 60 keluarga inilah yang merupakan asal mula Marga Batin V, dengan 5 dusun asal. Jadi daerah Marga Batin V itu berarti kumpulan 5 dusun yang asalnya dari satu dusun yang sama. Kelima dusun tersebut adalah Tanjung Muara Semayo, Dusun Seling, Dusun Kapuk, Dusun Pulau Aro, dan Dusun Muara Jernih. Daerah Margo Batin V kini masuk wilayah Kecamatan Tabir, dengan ibukotanya di Rantau Panjang, Kabupaten Sorolangun Bangko.
Pada awalnya orang Batin tinggal berkelompok, terdiri dari 5 kelompok asal yang membentuk 5 dusun. Salah satu perkampungan Batin yang masih utuh hingga sekarang adalah Kampung Lamo di Rantau Panjang. Rumah-rumah di sana dibangun memanjang secara terpisah, berjarak sekitar 2 m, menghadap ke jalan. Di belakang rumah dibangun lumbung tempat menyimpan padi.
Pada umumnya mata pencaharian orang Batin adalah bertani, baik di ladang maupun di sawah. Selain itu, mereka juga berkebun, mencari hasil hutan, mendulang emas, dan mencari ikan di sungai.
Bentuk Rumah Tempat tinggal orang Batin disebut Kajang Lako atau Rumah Lamo. Bentuk bubungan Rumah Lamo seperti perahu dengan ujung bubungan bagian atas melengkung ke atas. Tipologi rumah lamo berbentuk bangsal, empat persegi panjang dengan ukuran panjang 12 m dan lebar 9 m. Bentuk empat persegi panjang tersebut dimaksudkan untuk mempermudah penyusunan ruangan yang disesuaikan dengan fungsinya, dan dipengaruhi pula oleh hukum Islam.
Sebagai suatu bangunan tempat tinggal, rumah lamo terdiri dari beberapa bagian, yaitu bubungan/atap, kasau bentuk, dinding, pintu/jendela, tiang, lantai, tebar layar, penteh, pelamban, dan tangga.
Bubungan/atap biasa juga disebut dengan 'gajah mabuk,' diambil dari nama pembuat rumah yang kala itu sedang mabuk cinta tetapi tidak mendapat restu dari orang tuanya. Bentuk bubungan disebut juga lipat kajang, atau potong jerambah. Atap dibuat dari mengkuang atau ijuk yang dianyam kemudian dilipat dua. Dari samping, atap rumah lamo kelihatan berbentuk segi tiga. Bentuk atap seperti itu dimaksudkan untuk mempermudah turunnya air bila hari hujan, mempermudah sirkulasi udara, dan menyimpan barang.
Kasau Bentuk adalah atap yang berada di ujung atas sebelah atas. Kasau bentuk berada di depan dan belakang rumah, bentuknya miring, berfungsi untuk mencegah air masuk bila hujan. Kasou bentuk dibuat sepanjang 60 cm dan selebar bubungan.
Dinding/masinding rumah lamo dibuat dari papan, sedangkan pintunya terdiri dari 3 macam. Ketiga pintu tersebut adalah pintu tegak, pintu masinding, dan pintu balik melintang. Pintu tegak berada di ujung sebelah kiri bangunan, berfungsi sebagai pintu masuk. Pintu tegak dibuat rendah sehingga setiap orang yang masuk ke rumah harus menundukkan kepala sebagai tanda hormat kepada si empunya rumah. Pintu masinding berfungsi sebagai jendela, terletak di ruang tamu. Pintu ini dapat digunakan untuk melihat ke bawah, sebagai ventilasi terutama pada waktu berlangsung upacara adat, dan untuk mempermudah orang yang ada di bawah untuk mengetahui apakah upacara adat sudah dimulai atau belum. Pintu balik melintang adalah jendela terdapat pada tiang balik melintang. Pintu itu digunakan oleh pemuka-pemuka adat, alim ulama, ninik mamak, dan cerdik pandai.
Adapun jumlah tiang rumah lamo adalah 30 terdiri dari 24 tiang utama dan 6 tiang palamban. Tiang utama dipasang dalam bentuk enam, dengan panjang masing-masing 4,25 m. Tiang utama berfungsi sebagai tiang bawah (tongkat) dan sebagai tiang kerangka bangunan.
Lantai rumah adat dusun Lamo di Rantau Panjang, Jambi, dibuat bartingkat. Tingkatan pertama disebut lantai utama, yaitu lantai yang terdapat di ruang balik melintang. Dalam upacara adat, ruangan tersebut tidak bisa ditempati oleh sembarang orang karena dikhususkan untuk pemuka adat. Lantai utama dibuat dari belahan bambu yang dianyam dengan rotan. Tingkatan selanjutnya disebut lantai biasa. Lantai biasa di ruang balik menalam, ruang tamu biasa, ruang gaho, dan pelamban.
Tebar layar, berfungsi sebagai dinding dan penutup ruang atas. Untuk menahan tempias air hujan, terdapat di ujung sebelah kiri dan kanan bagian atas bangunan. Bahan yang digunakan adalah papan.
Penteh, adalah tempat untuk menyimpan terletak di bagian atas bangunan.
Bagian rumah selanjutnya adalah pelamban, yaitu bagian rumah terdepan yang berada di ujung sebelah kiri. Pelamban merupakan bangunan tambahan/seperti teras. Menurut adat setempat, pelamban digunakan sebagai ruang tunggu bagi tamu yang belum dipersilahkan masuk.
Sebagai ruang panggung, rumah tinggal orang Batin mempunyai 2 macam tangga. Yang pertama adalah tangga utama, yaitu tangga yang terdapat di sebelah kanan pelamban. Yang kedua adalah tangga penteh, digunakan untuk naik ke penteh.
Susunan dan Fungsi Ruangan
Kajang Lako terdiri dari 8 ruangan, meliputi pelamban, ruang gaho, ruang masinding, ruang tengah, ruang balik melintang, ruang balik menalam, ruang atas/penteh, dan ruang bawah/bauman.
Yang disebut pelamban adalah bagian bangunan yang berada di sebelah kiri bangunan induk. Lantainya terbuat dari bambu belah yang telah diawetkan dan dipasang agak jarang untuk mempermudah air mengalir ke bawah.
Ruang gaho adalah ruang yang terdapat di ujung sebelah kiri bangunan dengan arah memanjang. Pada ruang gaho terdapat ruang dapur, ruang tempat air dan ruang tempat menyimpan.
Ruang masinding adalah ruang depan yang berkaitan dengan masinding. Dalam musyawarah adat, ruangan ini dipergunakan untuk tempat duduk orang biasa. Ruang ini khusus untuk kaum laki-laki.
Ruang tengah adalah ruang yang berada di tengah-tengah bangunan. Antara ruang tengah dengan ruang masinding tidak memakai dinding. Pada saat pelaksanaan upacara adat, ruang tengah ini ditempati oleh para wanita.
Ruangan lain dalam rumah tinggal orang Batin adalah ruang balik menalam atau ruang dalam. Bagian-bagian dari ruang ini adalah ruang makan, ruang tidur orang tua, dan ruang tidur anak gadis.
Selanjutnya adalah ruang balik malintang. Ruang ini berada di ujung sebelah kanan bangunan menghadap ke ruang tengah dan ruang masinding. Lantai ruangan ini dibuat lebih tinggi daripada ruangan lainnya, karena dianggap sebagai ruang utama. Ruangan ini tidak boleh ditempati oleh sembarang orang. Besarnya ruang balik melintang adalah 2x9 m, sama dengan ruang gaho.
Rumah lamo juga mempunyai ruang atas yang disebut penteh. Ruangan ini berada di atas bangunan, dipergunakan untuk menyimpan barang. Selain ruang atas, juga ada ruang bawah atau bauman. Ruang ini tidak berlantai dan tidak berdinding, dipergunakan untuk menyimpan, memasak pada waktu ada pesta, serta kegiatan lainnya.
Ragam Hias
Bangunan rumah tinggal orang Batin dihiasi dengan beberapa motif ragam hias yang berbentuk ukir-ukiran. Motif ragam hias di sana adalah flora (tumbuh-tumbuhan) dan fauna (binatang).
Motif flora yang digunakan dalam ragam hias antara lain adalah motif bungo tanjung, motif tampuk manggis, dan motif bungo jeruk.
Motif bungo tanjung diukirkan di bagian depan masinding. Motif tampuk manggis juga di depan masinding dan di atas pintu, sedang bungo jeruk di luar rasuk (belandar) dan di atas pintu. Ragam hias dengan motif flora dibuat berwarna.
Ketiga motif ragam hias tersebut dimaksudkan untuk memperindah bentuk bangunan dan sebagai gambaran bahwa di sana banyak terdapat tumbuh-tumbuhan.
Adapun motif fauna yang digunakan dalam ragam hias adalah motif ikan. Ragam hias yang berbentuk ikan sudah distilir ke dalam bentuk daun-daunan yang dilengkapi dengan bentuk sisik ikan. Motif ikan dibuat tidak berwarna dan diukirkan di bagian bendul gaho serta balik melintang.
B.     Rumah Tuo
a.       Identitas Rumah Tuo
Jambi pernah berada pada masa-masa gundah pencarian identitas diri. Bahkan, gubernur sampai harus menyelenggarakan sayembara untuk memastikan rumah adat macam apa untuk dijadikan identitas negeri "Sepucuk Jambi Sembilan Lurah" ini.
Jambi agak unik dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Nusantara. Jika banyak rumah adat daerah lain mulai menghilang seiring dengan kemajuan zaman, masyarakat Jambi justru tengah menikmati eforia membangun rumah-rumah berarsitektur adat.
Sebenarnya, kegairahan ini sudah dimulai sejak tahun 1970-an, tatkala Pemerintah Provinsi Jambi menetapkan konsep arsitektur rumah yang menjadi ciri khas Jambi. Gambaran jelas tentang wujud rumah adat tersebut dapat kita temukan saat bertandang ke kompleks Kantor Gubernur Jambi di Telanaipura, Kota Jambi.
Tepat pada sisi kanan bangunan kantor kita akan temukan rumah adat bertiang, berwarna hitam, lengkap dengan tanduk kambing bersilang ke dalam pada ujung atapnya. Bangunan dengan arsitektur ini merupakan hasil sayembara yang dimenangi salah seorang arsitek, yang juga pejabat daerah setempat.
Dalam penelusuran Kompas di sebuah permukiman tertua di Jambi belum lama ini, diperoleh data bahwa dari sinilah sesungguhnya identitas Jambi melalui rumah adatnya terkuak. Permukiman ini berlokasi di Dusun Kampung Baru, Kelurahan Rantau Panjang, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Jambi.
Masih terdapat 60-an rumah adat berusia sekitar 600 tahun di sana. Permukiman tertua itu dikelilingi ratusan rumah adat sejenis, tetapi usia rumah-rumah tersebut sudah jauh lebih muda. Sangat mengagumkan, betapa masyarakat setempat masih sangat menghargai warisan adat leluhurnya.
Rumah Jambi identik dengan adat Melayu Kuno. Di dalam rumah tergambar tentang hubungan manusia dalam sebuah keluarga inti, keluarga besar, dan masyarakat. Ada penghormatan terhadap nini mamak, jaminan perlindungan bagi anak-anak, hidup berkecukupan dalam keluarga, dan keharmonisan sosial dalam masyarakat. Di sini, etika hidup pun sangat dijunjung.
Rumah tertua di sana disebut Rumah Tuo milik Umar Amra (67), keturunan ke-13 dari Undup Pinang Masak. Ia adalah salah seorang bangsawan Melayu Kuno yang eksodus dari Desa Kuto Rayo, Tabir. Rumah bertiang ini masih kokoh meski tiang-tiang dan kerangkanya dari kayu kulim, yang sangat keras dagingnya itu, sudah berusia 600 tahun.
Menurut pemiliknya, rumah ini dulunya dibangun atas hasil kesepakatan dan gotong royong dari semua anggota keluarga besar. "Ada 19 keluarga pelarian dari Kuto Rayo yang bersama- sama membangun rumah ini. Setelah jadi satu rumah, mereka bersama-sama membangun rumah keluarga yang lain. Begitu seterusnya sampai tuntas dibangun 19 rumah," paparnya.
Kesepakatan para leluhur menetapkan 20 tiang dipancang untuk menegakkan sebuah rumah. Atapnya semula dari daun rumbia, namun kini telah berganti seng. Kolong rumah jadi gudang penyimpanan kayu bakar untuk memasak dan tempat ternak.
Rumah tuo melebar tampak dari muka, dengan tiga jendela besar yang selalu dibuka pemiliknya hingga sore. Begitu cermatnya nenek moyang mereka, sampai-sampai etika diatur melalui penataan jendela.
Etika bertamu diatur oleh hukum adat. Tamu yang bertandang akan masuk ke rumah lewat tangga di sebelah kanan. Untuk tamu yang masih bujang, panggilan anak laki-laki belum menikah yang hendak bertamu, hanya boleh duduk sampai batas jendela paling kanan. Artinya, ia hanya boleh duduk paling dekat pintu masuk dan tidak boleh lebih ke dalam lagi.
Sedangkan yang dapat duduk sedikit lebih dalam, setidaknya sampai ke batas jendela kedua, adalah bujang dari keluarga besar alias punya ikatan keluarga dengan pemilik rumah. Yang dapat masuk ke rumah hingga ke bagian dalamnya adalah kaum pria yang telah menikah dan kaum perempuan.
Bilik melintang pada sisi dalam yang paling kiri adalah wilayah khusus bagi tetua kampung atau tamu kehormatan. Panjang bilik sekitar empat meter. Pada acara-acara rembuk warga, mereka yang duduk dalam bilik melintang akan dapat melihat seluruh tamu, atau tamu-tamu yang baru akan masuk rumah melalui tangga.
b.      Satu Bilik
Rumah adat Jambi hanya memiliki satu bilik sebagai ruang tidur. Ini dimaksudkan ada kebersamaan, termasuk saat beristirahat, juga dalam satu ruang. Namun, sebagian besar masyarakat di sana lebih memilih tidur bersama di ruang tamu karena tempatnya lebih luas.
Rumah tuo dibangun tidak hanya sebagai tempat hunian, tetapi juga sebagai jaminan akan keberlangsungan hidup keluarga dan keturunannya. Terdapat lumbung-lumbung padi pada bagian belakang rumah. Satu keluarga bisa memiliki dua hingga tiga lumbung yang menyimpan berton-ton gabah hasil panen, dan tahan selama puluhan tahun. Selama itu masyarakat setempat tak pernah kekurangan pangan.
Sejumlah peralatan tradisional juga masih ditemukan di sana. Ada ambung terbuat dari anyaman rotan, dipakai untuk mengangkut hasil tanaman, selalu dipanggul di belakang punggung. Makanan dinikmati bersama dari tapan, bakul nasi yang juga dari hasil anyaman. Sedangkan peralatan dari kayu-kayuan adalah lesung, dan wadah penerangan yang biasa mereka sebut lampu Aladin.
Menurut Rio Kasim, pemangku adat setempat, rumah-rumah tersebut dibangun oleh para eksodan warga Melayu Kuno yang sebelumnya menempati kampung lain di kecamatan yang sama. Tujuannya mencari tempat aman.
Permukiman ini kemudian semakin berkembang. Namun, dalam perkembangannya, masyarakat tetap menjaga kelestarian rumah adat. Warga yang hendak membangun rumah baru juga mengacu kepada arsitektur adat setempat. Hanya saja kayu yang digunakan tidak lagi kayu kulim karena sudah semakin langka.
Meski terkesan tidak jauh berbeda dari arsitektur rumah adat Minang, ciri khas rumah adat Jambi dapat ditemukan pada sudut atapnya yang dipasang tanduk kambing, yaitu kayu bersilang menghadap ke dalam. Tanda ini menandakan rumah tersebut memiliki nini mamak sebagai pengayom.
Umar Amra mengungkapkan, tak ada keinginan dari dirinya untuk mengubah wujud rumah, kecuali mengganti atapnya menjadi seng, sekadar alasan kepraktisan. "Kalau atap dari rumbia harus diganti terus tiap dua atau tiga tahun sekali. Seng lebih awet," tuturnya.
Ia mengaku bangga dengan rumah yang dimilikinya. Rumah yang masih kokoh ditempati bersama istri dan anak-anaknya tersebut kini sering menjadi tempat studi kalangan mahasiswa, peneliti, atau pejabat daerah yang ingin mengenal lebih jauh tentang rumah adat Jambi.
Setiap kali memasuki permukiman rumah tua itu, kita seakan kembali ke masa lalu. Keklasikan rumah-rumah yang saling berderet, lengkap dengan cara hidup dan tradisi masyarakatnya, sungguh memberi kesempurnaan akan gambaran adat Jambi. Di sinilah identitas Jambi kami dapatkan.

SUMBER
fuad-rumahadatjambi-fuad.blogspot.com (artikel)
bappedamerangin.net (Photo)